SISTEM KESEHATAN YANG TANGGUH DAN BERADAPTASI ; MEWUJUDKAN PELAYANAN KESEHATAN YANG ADIL DAN BERADAB
Mulai dari virus HIV-AIDS, Mers-CoV
yang telah membunuh orang di Negeri Ginseng, Pandemi SARS (Severe Acute
Respiratory Syndrome) tahun 2007, Flu burung (Avian Influenza) yang merebak
pada 2006 - 2013, Pandemi Influenza H1N1 Tahun 2009 dan wabah Penyakit Virus
Ebola (EVD) tahun 2014 di Afrika Barat adalah yang paling lama, paling besar,
paling mematikan dan paling rumit dalam sejarah.
Meminjam kalimat Mantan Luar Negeri
Indonesia Era Presiden SBY periode 2009 – 2014 ‘Marty Natalegawa ; pencegahan
deteksi dini dan respon, itu intinya. Ketika namanya resmi dalam UN Secretary
General Hight Level Panen on Global Response to Health Crisis, yang bertugas
menyusun rekomendasi bagi Sekjen PBB mengenai cara dunia menanggapi jika dunia
kembali dilanda krisis kesehatan seperti yang terjadi wabah Ebola.
Setelah kurang lebih sebanyak 4700
orang meninggal sejak setahun lalu akibat virus Ebola, kini liberia dinyatakan
bersih dari virus tersebut. Berdasarkan surat yang dikeluarkan WHO pada minggu,
9 Mei 2015 lalu, tercata sudah 42 hari Rumah Sakit Liberia tak menerima
pasien Ebola. Selama satu tahun terakhir,
Ebola telah menginfeksi sembilan negara secara global dengan Liberia, Guinea,
dan Sierra Leone sebagai negara dengan jumlah pasien terbanyak. Menurut data
WHO, lebih dari 26.500 orang terinfeksi di tiga negara tersebut, dengan korban
meninggal sebanyak 11.00 orang.
Pemimpin baru Misi PBB bagi reaksi
Darurat Ebola (UNMEER) Peter Jan Graff menegaskan komitmen untuk menghentikan
wabah Ebola di Afrika Barat . “Musim hujan mendekat dengan cepat, sehingga akan
membuat rumit upaya untuk mengendalikan penyakit tersebut. Kita memiliki
jendela kesempatan yang sangat kecil dan jendela itu menutup dengan cepat. Kita
tidak boleh membiarkan resiko tertinggal virus itu lagi. Kita tetap berada
didepanya, dan menghapuskannya sebelum keadaan terlalu terlambat” kata
Graff. Hingga 24 April sebanyak 26.101
kasus Ebola yang telah dikonfirmasi, kemungkinan dan dugaan telah dilaporkan di
Guinea, Liberia dan Sierra Leone. Sebanyak 10.824 orang telah meninggal.
Ebola tidak hanya menyerang manusia,
Virus ini juga bisa menjangkit kerabat paling dekat manusia : kera. Diawal
tahun 1990 virus ini menyerang sejumlah simpanse di Tai National Park di Cote
d’lvoire. Selanjutnya, sebanyak 5000 gorila di Republik Kongo akibat virus yang
sama. Virus Ebola memang sangat mengerikan, membunuh 95% korbanya secara
efektif, setelah sebelumnya membuat mereka demam tinggi dan pendarahan.
Sebelum dilanda Ebola, ketiga negara
itu merupakan negara – negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi di
Afrika, tetapi krisis itu telah menutup pasar dan mengurangi sumber daya yang
dibutuhkan untuk memberantas penyakit tersebut dan membangun kembali
perekonomian.
Belum reda kegembiraan atas
keberhasilan mengatasi wabah Ebola dipantai Barat Afrika, datang berita
mengejutkan dari Korea Selatan. MERS Merbak, Persebaran virus Korona
mengakibatkan pernapasan Timur Tenga (MERS) di Korea Selatan tidak kunjung
dikendalikan, WHO yang sebelumnya meminta untuk tidak panik pun kini mjulai
mengambil langkah. Hingga Rabu 17 Juni 2015, ada 20 orang meninggal dan 2.500
warga dikarantina di Korea Selatan (Korsel) lantaran MERS. Jumlah pasien yang
menderita penyakit tersebut juga naik menjadi 162 orang. Itu merupakan kasus
MERS yang terbesar diluar Timur Tengah.
Diseluruh dunia, saat ini sudah 458
orang yang tewas sejak MERS pertama menyebar pada tahun 2012. Hingga saat ini,
belum diketahui dengan pasti penyebab MERS dan pengobatannya. Lambatnya respon
WHO itu dikritik sejumlah pihak. WHO dianggap tidak belajar dari lambatnya
mereka menangani ebola di Afrika.
Asal usul MERS, singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome atau
Sindrom Pernapasan Timur Tengah-memang sesuai namanya. Pertama kali dilaporkan
september 2012 di Arab Saudi, penyakit ini disebabkan oleh virus korona yang
menyerang sistem pernapasan. Pasien MERS umumnya menderita ganggunan pernapasan
akut dengan gejala demam, batuk dan pendek – pendek. Dilaporkan 3-4 orang dari
setiap 10 pasien MERS meninggal.
Penyakit ini menyebar dari mereka yang
terinfeksi keorang – orang di sekelilingnya yang kontak secara dekat, terutama
orang yang merawat atau hidup bersama dengan penderita. Hasil penelitian
menunjukan, rantai penyebaran terjadi di Rumah Sakit dan belum pernah ditemukan
dikomunitas.
Meski demikian, setiap orang bisa saja
tertular. Pasien MERS mencakup usia kurang dari 1 tahun hingga 99 tahun dengan
tingkat kematian 58 persen. Bandingan dengan tingkat kematian akibat SARS (10
persen) dan flu burung (80 persen).
Menurut Pusat Kontrol dan Pencegahan
Penyakit (CDC) Amerika Serikat, kasus
pertama MERS sebenarnya terjadi di Jordania pada April 2012. Penyakit ini
kemudian menyebar dinegara – negara dikawasan Peninsula Arab dan akhirnya
meluas keseluruh dunia. Hingga kini, MERS sudah menyebar ke 15 Negara, termasuk
Asia Timur dan Tenggara, serta Amerika Serikat.
MERS sering disebut flu arab karena
gejalanya mirip influenza meski kadang disebut pula penyakit serupa SARS karena
gejalanya tak jauh beda: mulai dari flu ringan sampai sindrom pernapasan akut
yang berakibat fatal. MERS dan SARS sama – sama disebabkan oleh virus dari
genus coronavirus.
Menurut CA Nidom, anggota Komnas Pinere Kementerian Kesehatan, dalam “MERS
punya struktur RNA beruntai positif tunggal, sementara virus flu burung
berantai negatif dan berfragmen. Artinya, virus MERS lebih sederhana dan lambat
bermutasi sehingga tingkat keganasannya juga lebih rendah apabila dibandingkan
dengan flu burung.
Meski sampai saat ini di Indonesia
belum pernah ditemukan kasus yang positif MERS dari 99 persen yang dicurigai,
70 orang diantaranya telah diperiksa di Laboratorium dengan hasil negatif.
Baru – baru ini didunia sempat dilanda
kepanikan yang luar biasa terutama didunia kesehatan hal ini disebabkan karena
munculnya wabah baru yang dinamakan dengan wabah SARS. Parahnya wabah ini
menyebar begitu cepat dan mencemaskan, penyebarannya saja jauh lebih cepat jika
dibandingkan dengan wabah penyebaran AIDS dan Ebola. Sementara obat penangkalnya
hingga sampai saat ini belum ditemukan.
Yang membuat begitu hebonya lagi
adalah penyebarannya yang sebagian besar menulari orang – orang kesehatan
hampir 60 persen menjangkit dokter dan perawat yang notabene orang – orang yang
setidaknya adalah kelompok yang relatif terjaga kesehatanya bahkan satu baru
mengungkapkan jika dokter yang menemukan penyakit SARS telah meninggal akibat
serangan penyakit ini.
SARS sendiri adalah kepanjangan dari Severe Acute Respiratory Sindrom, yakni
suatu infeksi saluran pernapasan yang mengancam jiwa, pemicunya sendiri adalah coronavirus yang berhubung dengan SARS. Penyakit ini pertama kali ditemukan di
Cina pada tahun 2002 silam yang kemudian penyebarannya merambat begitu cepat
hingga ke Hongkong dan mulai menyebar keberbagai belahan Dunia yang menjangkit
masyarakat dilebih dari 20 negara.
Tercatat hingga tahun 2003 penyebaran
penyakit ini telah menjangkit 8069 jiwa dan 775 jiwa diantaranya meninggal
dunia. Para ahli menyakini SARS ini pertama kali berkembang pada tubuh hewan.
Hal ini didasarkan pada temuan mereka akan virus yang sama ditemukan didalam
tubuh musang. Di China sendiri musang ini dikonsumsi sebagai bahan makanan
ketika keadaan terdesak. Sementara di Indonesia sendiri sampai 16 Juni 2003
tlah ditemukan sebanyak 7 kasus suspect dan 2 kasus probable SARS dari jumlah
112 pasien yang berobat karena khawatir dirinya menderita SARS.
SARS ini amat menular dan menyebar
dari orang ke orang dengan cepat, karena penyebarannya bisa mulai droplet
saluran pernapasan atau melalui kontak langsungdengan pasien yang terinfeksi.
Penularan melalui udara, seperti misalkan penyebaran udara, ventilasi, berada
dalam satu kendaraan atau gedung yang sama. Hingga saat ini waktu penularan
dari individu – ke individu lainnya belum diketahui dengan jelas. Untuk
sementara waktu penularannya adalah mulai saat terdapat demam atau tanda –
tanda gangguan pernapasan hingga sakitnya ini dikatakan sembuh.
Para ilmuwan menyakini bahwa virus
dari ras corona ini adalah penyebab SARS. Ilmuan dari Hongkong mengaku bahwa
mereka telah berhasil menunjukan dengan tepat virus korona tersebut setelah
mengidentifikasi bagian kecil dari sampel DNA dari pasien yang terjangkit SARS.
Selain itu studi yang dibuktikan oleh ilmuan lain adalah penyakit SARS ini
disebabkan oleh virus corona dan paramoxviridae.
Sejatinya kedua macam virus ini telah
sejak lama ada, hanya saja gejalanya tidak seganas dan separah seperti saat
ini. Coronavirus selama ini dikenal sebagai virus yang menyebabkan penyakit
demam flu, diare dan radang paru – paru, sementara virus paramoxyviridae adalah
virus penyebab parainfluenza. Kesimpulan sementara yang didapatkan oleh para
ilmuan mengungkapan virus penyebab SARS saat ini adalah hadirnya virus baru
sebagai hasil dari mutasi coronavirus.
Adapun faktor pemicu ganasnya hasil
mutasi virus ini adalah karena lingkungan hidup yang mulai rusak akibat ulah
manusia dan kenaikan populasi manusia yang terus menerus meningkat. Sama halnya
dengan manusia yang akan berupaya melakukan segala cara untuk dapat bertahan
hidup, begitupula yang terjadi dengan virus ini yang mencoba beradaptasi untuk
dapat bertahan hidup sekalipun harus dengan menyerang manusia.
Serupa dengan virus lainnya, coronavirus ini menyebar lewat udara dan
masuk melalui saluran pernapasan kemudian bersarang di paru – paru. Jika
kehadirannya tidak disadari maka dalam kurun waktu sekitar 2 hingga 10 hari
maka membuat paru – paru menjadi meradang, dan bernapas menjadi kian sulit.
Gejala penyakit SARS ini mungkin
terjadi biasanya berupa demam dengan suhu badan lebih dari 38 derajat celcius
disertai dengan napas terasa pendek, batuk kering, sesak napat, otot terasa
nyeri, hilangnya selera makan, kepala terasa sakit, diare dan perasaan terus
menerus gelisah. Jika penyakit ini sudah terjadi orang bisa disebut supect
SARS. Namun apabila gangguan ini terjadi setelah menderita gangguan pernapasan
maka orang tersebut bisa disebut dengan probable SARS atau bisa diduga
menderita SARS.
Cara yang terbaik untuk mencegah suatu
penyakit adalah menhindari kemungkinan dan sumber penyakit itu sendiri.
Begitupun dengan tindakan pencegahan untuk penyakit SARS hindari tempat atau
area terjadinya kasus SARS seperti daerah pembawa wabah penyakit SARS atau
tempat ditemukannya korban yang terinfeksi SARS selain itu, hindari kontak
intensif dengan orang – orang yang menderita dan terinfeksi SARS dengan alasan
apapun karena kontak lansung adalah salah satu penyebaran paling umum yang
ditemukan dari para penderita penyakit ini.
Berdasarkan data yang dirilis Viva.co.id. 20 Juni 2015 ; Korea Utara
kembangkan Vaksin penangkal AIDS dan Ebola. Kim Jong-un kembali membuat
sensasi, kali ini, pemimpin besar Korea Utara mengklaim bahwa ilmuwan di negara
telah menemukan vaksin ajaib yang bisa
mengobati penyakit mematikan didunia. Pernyataan yang dikeluarkan Kantor Berita
Korea Utara, Korean Central News Agency
(KCNA). Disebutkan bahwa negara paling misterius di dunia mengembangkan pil
ajaib bernama Kumdang – 2, yang
dibuat dari bahan – bahan berkhasiat didunia termasuk Ginseng.
Saat ini, bahkan WHO menyebutkan belum
ada vaksin yang bisa menghentikan penyebaran MERS. Ditulis AFP, kantor berita
negara yang terisolasi itu kerap membuat pernyataan hiperbola terkait apapun
tentang tentang Korea Utara. Mereka selalu melebih-lebihkan pemberitaan yang
berhubungan dengan pencapaian Korut, baik terobosan sains, sampai pujian
terhadap pemimpinya.
Seperti diketahui, Korea Selatan saat
ini sedang berperang melawan MERS. Sampai saat ini 24 orang dikabarkan
meninggal karena MERS, sedangkan 166 kasus masih dalam perawatan . negara ini
kerap berseteru dengan Korea Utara, meski bertetangga.
Sayangnya belum ada bukti ilmiah
terkait dengan klaim yang diutarakan Korea Utara itu terkait obat AIDS, Ebola,
SARS dan MERS. Malah banyak orang cendrung tidak percaya.
Organisasi Kesehatan Dunia, WHO,
mencanangkan Dana Darurat US$100 juta (1.3 Trilyun) untuk menanggani wabah
Ebola. Direktur Jendral WHO, Margaret Chan, menyatakan kewalahan menghadapi
penyebaran penyakit yang dilaporkan terjadi pada bulan Maret 2014 dan telah
memakan korban sebanyak 11.000 jiwa ini di Afrika Barat. Tidak sampai disitu saja, desakan hadapi krisis
kesehatan global, Dewan Eksekutif WHO membentuk Panel Pakar Independen yang
ditugaskan untuk untuk membuat rekomendasi bagi penanganan keadaan darurat
kesehatan global yang lebih baik. Dalam laporan awalnya Panel Pakar Independen
mengkritik respon Organisai Kesehatan Sedunia (WHO) terhadap krisis Ebola,
dengan mengatakan lembaga itu tidak siap dan tidak mengkoordinasi kegiatannya
dengan organisasi lain. Menurut Barbara Stocking, Ketua Panel, WHO menunggu
terlalu lama sebelum menyatakan epidemi Ebola Di Afrika Barat Sebagai Keadaan
Darurat kesehatan masyarakat Internasional sehingga krisis ini berkepanjangan
dan darurat, yang dinyakatan pada Agustus 2014, enam bulan setelah virus itu
ditemukan di Guinea dan sembilan bulan
setelah kasus pertama terjadi Desember lalu. Saat itu, ada lebih dari 1.700
kasus Ebola yang dikonfirmasi dan diduga dan 932 Kematian di Liberia, Sierra
Leone dan Guinea.
Perhatian serius penanganan Krisis Kesehatan
Global datang dari Bank Dunia (IMF). Bank Dunia memberikan bantuan tambahan $
650 juta dolar untuk membantu Liberia, Sierra Leone dan Guinea bangkit kembali
setelah dilanda wabah Ebola yang mematikan. Sekjen PBB Ban Ki-moon, Presiden
Sierra Leone Ernest Bai Koroma, Presiden Liberia Ellen Johnson Sirlea, presiden
Guinea Alpha Conde dan Presien Bank Dunia Jim yong Kom 17 April 2015.
Indonesia tidak ketinggalan peran aktif
dalam menghadapi Krisis Kesehatan Global, pada pertemuan tahunan Negara – Negara
anggota World Heath Organization (WHO) 2015 atau dikenal World Health Assembly
(WHA) ke-68 yang telah dilaksanakan di gedung Palais de Nations (PBB) Genewa,
Swiss pada tanggal 18 Mei 2015 – 26 Mei 2015 dengan tema utama “Bulding Resilient System” khususnya
terkait kasus wabah Ebola di kawasan Afrika Barat telah menjadi isu kesehatan
darurat dan memerlukan perhatian global.
Terkait tema tersebut, para Menkes
negara – negara anggota WHO menyampaikan upaya – upaya yang dilakukan oleh
masing – masing negranya untuk memperkuat sistem kesehatanya.
Pada sidang pleno Indonesia fokus pada
tiga issu, yaitu polio, anti microbial resistence (AMR), dan pandemic influenza preparedness (PIP),
sedangkan pada sidang – sidang komisi Indonesia fokus pada pembahasan mengenai Penyakit
Tidak Menular; penyakit menular; gizi serta kesehatan ibu dan anak; system
kesehatan;serta kesiapsiagaan, surveillance dan respon terhadap penyakit.
Indonesia pada sidang ini menekankan
pada pentingnya pelayanan kesehatan yang tangguh dan kuat. “saat ini Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) telah melani 143 juta orang guna mencapai universal
healt coverage tahun 2019,”. Menurut Menkes, sinergi antara pilar ekonomi,
sosial dan Lingkungan merupakan aspek penting dalam mencapai tujuan pembangunan
berkelanjutan yang menjadi prioritas Nasional Indonesia. Dengan adanya sistem
kesehatan yang tangguh dan mudah berdapaptasi, tantangan dari aspek kesehatan
dan diluar aspek kesehatan dapat ditangani.
Tantangan – tangangan seperti kematian
Ibu, stuntuing (tubuh pendek), lingkungan kesehatan, dan tenaga kesehatan serta
faktor – faktor ekonomi dan sosial determinants diharapkan dapat diatasi.
Untuk mencapai Indonesia Sehat 2019
diperlukan transformasi dan reformasi pelayanan kesehatan primer, penguatan
system kesehatan melaui system rujukan yang efektif, layanan kesehatan yang
kuat di Rumah Sakit dan penelitian Visioner untuk ilmu kedokteran guna
mewujudkan pelayanan yang adil dan inklusif bagi semua rakyat.
Oleh : Hasan Arajak Panggeli
Komentar
Posting Komentar